Powered By Blogger

Senin, 06 Juni 2011

Tari Daerah GORONTALO ( Dana - Dana )

Tari Dana-dana adalah   tari pergaulan remaja yang sampai saat ini 
masih berkembang di Daerah   Gorontalo.
   
   Dungan Tanali adalah   petikan gambus dari Gendang Marwas. Syair pantunnya 
berisi pesan-pesan   pembangunan yang dapat disimak oleh penonton! .
   
   Tari Saronde   adalah tari pergaulan keakraban dalam acara resmi. Tarian ini 
diangkat dari   tari adat malam pertunangan pada upacara adat perkawinan daerah 
Gorontalo.
   
   Tari Tanam Padi adalah   tarian yang digunakan saat merayakan panen raya 
padi dari para petani, namun   juga digunakan dalam panen-panen lainnya sebagai 
tanda suka cita keberhasilan   para petani dalam hasil bumi yang dipanennya.
   
   Tari Sabe adalah   atraksi alami berupa tarian di atas bara api dengan 
kekuatan magis. Tarian   ini bisa dinikmati di Desa Ayuhulalo yang juga berada 
di Kecamatan Tilamuta gorontalo bagian barat


Salah satu warisan nenek moyang kita yang perlu dilestarikan yakni Seni Tari. Olah gerak nan elok ini menampilkan serta menceritakan tentang kehidupan masyarakat melalui gerakan tari. Selain Tari Saronde, Tari Dana-dana merupakan salah satu dari seni budaya asli Gorontalo. Tari ini menampilkan gerakan yang harus diikuti oleh seluruh anggota badan dan menggambarkan pergaulan keakraban remaja. Salah satu tarian khas gorontalo yang biasanya ditarikan pada saat hajatan berupa acara perkawinan atau pesta rakyat dan pagelaran seni budaya. Keunikannya tari ini didominasi oleh gerakan-gerakan yang dinamis mengikuti irama musik gambus dan rebana serta lagu berisi pantun bertemakan percintaan, atau nasehat – nasehat yang berhubungan dengan pergaulan remaja.
Tari Dana-Dana diangkat dari Bahasa Daerah Gorontalo, yakni dari dua kata : Daya-Dayango dan Na’o-Na’o. Daya-Dayango artinya menggerakkan seluruh anggota tubuh. Anggota tubuh yang dimaksud yakni tangan, kaki, dada, perut dan pinggul menurut ritme tertentu. Sedang Na’o-Na’o artinya sambil berjalan. Jadi, jika digabungkan dan diartikan menjadi menggerakkan seluruh anggota tubuh sambil berjalan.
Tarian dana-dana hadir di Gorontalo sejak tahun 1525 M atau saat Agama Islam masuk di daerah ini. Tarian ini pertama kali ditampilkan pada acara pernikahan Raja Sultan Amay dengan Putri Owotango. Saat itu, seusai prosesi pernikahan masuklah pada acara pertunjukkan tarian rakyat yang diantaranya adalah Tari Dana-Dana.
Ketatnya ajaran Islam dan norma adat-istiadat masyarakat Gorontalo pada waktu itu, mengalami kendala untuk menampilkan tarian ini secara berpasang-pasangan. Alasannya cukup masuk akal, tidak mengizinkan pria dengan mudah menyentuh wanita yang bukan muhrimnya. Sehingga tarian dana-dana yang diangkat dari salah satu tarian pergaulan muda-mudi waktu itu ditampilkan hanya dilakoni oleh laki-laki saja dengan jumlah 2 sampai 4 orang.
Tarian Dana-dana ini terus mengalami metamorfosis, di modifikasi dan di sesuaikan dengan keadaan zaman. Hal ini dilakukan agar tarian dana-dana yang dimainkan sepasang muda – mudi itu mempunyai daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Berdasarkan hal ini, maka di daerah gorontalo terdapat tiga jenis tarian dana-dana, Tari Dana-Dana Asli yang merupakan tarian dana-dana peninggalan leluhur yang gerakannya belum terkontaminasi oleh zaman, Tari Dana-Dana Modern dan Tari dana-Dana Kreasi, kedua tarian ini merupakan penjabaran dari tarian dana-dana asli.
Walaupun telah di modifikasi sedemikian rupa, tarian dana-dana modern dan kreasi ini tidak bertentangan dengan syariat Islam, dimana khususnya untuk pakaian penari wanita yang tetap di haruskan menggunakan busana tertutup serta jilbab sebagai ciri khas seorang muslimah.
Tarian dana-dana yang mengalami modifikasi dari tarian asli nampak jelas pada jumlah personil penari yang terdiri atas pasangan laki-laki dan perempuan serta pakaian yang kini ditata dengan busana takowa kiki, memakai songkok dan berlilitkan sarung di pinggang. Meskipun telah di modifikasi, akan tetapi hal itu tidak mengurangi nilai dari tarian dana-dana yang aslinya.
Tarian dana-dana modern dan klasik merupakan gabungan antara tari dana-dana yang asli dan cha-cha. Dengan maksud agar banyak peminatnya terutama para pemuda. Kenapa harus dilakukan modifikasi? Hal ini tidak terlepas dari perkembangan zaman yang sudah semakin maju sehingga para budayawan mencoba membuat tarian dana-dana tetap menarik untuk ditampilkan dan dipelajari, terutama oleh generasi muda Gorontalo.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar